Tuesday, January 12, 2016

HASHTAG: SELFIE.

Belakangan ini beberapa teman suka bertanya sama saya soal profile picture. "Jel, kenapa Jel kok gak pernah pasang poto muka lu lagi sih? Emang beneran ya gak boleh?"
Saya jawab, "Iya. Katanya sih gitu. Tapi gue juga udah enggak suka juga sih."

Terlepas dari dosa atau tidak menurut penjelasan yang pernah di-publish Ust. Felix Siauw di sosial media belakangan ini,  saya memilih untuk mengurangi postingan #selfie ke sosial media. Dan itu baru beberapa bulan ini saya lakukan. Jika pun saya harus posting 'muka' saya di sosmed itu pun tidak sendiri. Minimal berdua dan bersama perempuan. 

Kenapa saya harus memiliki keputusan seperti itu? Tak lepas semuanya berdasarkan pengalaman pribadi. 
Pernah saya posting sebuah foto yang memang menurut saya pribadi saya cantik di foto itu. Saya terlihat 'cute' dan beda dari hari biasanya. Saya post foto itu di instagram linked to facebook dan pasang foto itu juga sebagai profile picture di Path & facebook. Pokoknya saya senang sama foto itu deh!
Enggak lama mulai banyak notif dari teman-teman di sosmed, kasih love, kasih like, komen cantik, lucu, imut dan lain-lain. Sebagai orang yang jarang kelihatan cantik di hari-hari biasa yaa.... saya senang dong dipuji gitu. 
Enggak berhenti sampai disitu. Perhatian saya tercuri oleh salah seorang kawan lama di Path yang kasih love di foto profile dan merembet ke postingan-postingan saya yang lama-lama. Saya pikir, 'ah kepo kali nih orang..' saya cuekin dia.
Besok-besoknya, saya posting apapun dikasih love sama dia. Akhirnya saya beranikan diri untuk menyapa lewat Path Talk. Saya lihat foto profilnya yang terlihat sholeh. Saya sapa sopan dengan pertanyaan awal standar, 'Assalamu'alaikum, apa kabar?' kemudian dia langsung merespon, 
'Wa'alaikumsalam, apa kabarnya Jel? Punya BBM, Line, WA or else?' karena dia adalah sahabat lama sejak SMP dulu dan saya kenal baik dengannya, saya balas. Maksud saya kan sambung silaturrahim. Dan saya beri semua link chat line ke dia.
Enggak lama, dia balas lagi, 'Gimana kabarnya nih? Udah nikah belum?'
'Belum. Lo sendiri gimana? Kayaknya udah nikah nih?' Karena saya lihat wajahnya udah kayak bapak anak 3.
He: 'Belum. Kamu udah punya calon belum?'
Me: 'Belum. Doain aja ya.' 
He: 'Ya udah, lanjut aja ke BBM ya.'

Dan langsung dia add semua chat line dan obrolan berlanjut ke BBM.

Saya langsung ke intinya aja ya. Intinya, dia kaget melihat saya yang dulu dan sekarang berbeda. Saya sudah pakai hijab dan semakin terlihat muslimah di matanya. Apalagi setelah melihat saya di foto profil terbaru. Hatinya semakin tergerak untuk mengajak bicara namun keduluan sama saya yang kepo sama aksi caper dia. Tanpa pikir panjang, setelah percakapan ice-breaking (kita sudah lama tak jumpa hampir 11 tahun, dari 14 tahun pertemanan!), dia mulai kembali ke pokok inti pembicaraan bahwa ia sedang mencari seorang istri. 
Dan dia ingin kenalan dengan saya lebih lanjut. Saya (yang sebenarnya juga sedang mencari) merasa haru. 
Akhirnya perkenalan itu terjadi kurang lebih 2 bulan. Pembicaraan itu berlanjut ke tanggal dan pertemuan keluarga.

Bulan pertama dia bertemu dengan saya. Dia bilang dengan jujur, bahwa saya orang yang nggak bisa lepas dari make up. Saya bilang, 'Ya memang. Saya hampir setiap hari make up karena tuntutan pekerjaan, walau tipis.' Dia bilang dia nggak suka. Saya bilang, 'Jadi kecewa nih gara-gara lihat foto profilnya beda sama kenyataan?' 
'Enggak juga. Tapi aku pribadi nggak terlalu nyaman sama perempuan yang terlalu make up-an.' 
Saya sedikit tertohok sih. Karena hampir 7 tahun saya bekerja non stop di tempat kerja yang lama menuntut tinggi untuk grooming. Dan teman-teman lawan jenis di kantor juga jadi biasa melihat perempuan ber-make up. Walau sebenarnya dalam Islam memang tak diperbolehkan bersolek untuk lawan jenis yang bukan mahram. Bersoleknya hanya untuk suami. 
Akhirnya berat saya menjawab, 'Iya nanti dikurangi.'
Karena kita sudah menetapkan akhir 2014 Insya Allah akan walimah, akhirnya saya mulai mencoba shalat Isthikharah. Enggak sekali, hampir 3 kali. Dia pun kaget saya sudah shalat Isthikharah. Namun memang, Allah lebih sayang sama saya. Saya enggak diberi mimpi ataupun satu petunjuk nyata tentang dia.

Selepas itu kami masih saling berhubungan hingga bulan ke 3. Dan sesudah lebaran 2014 dia menghilang entah kemana seperti ditelan Kraken. 
Jelas saya patah hati. Walau kita tidak menyebut hubungan 3 bulan belakangan ini pacaran, karena mengarah kepada ta'aruf tapi terselubung, tetap saja rasanya sakit hati ini (ceile....).
Setelah saya 'curhat' sama sahabat yang juga kenal dengan lelaki itu, dia berkomentar, "Mungkin nih je, mungkin... elo kan memang jarang berhubungan dengan lawan jenis. Ketika ada yang menawarkan itu lo senang dan akhirnya menerima walau sebenarnya udah ngerasa nggak cocok pada akhirnya. Intinya lo hanya suka ide-nya. Ide untuk menikah."
Saat itu saya sadar se-sadar-sadarnya. Benar juga. Apa yang ia tawarkan karena mencari seorang pendamping saya setujui. Cocok tidak cocok urusan belakangan. Namun pada akhirnya kita berdua menyerah dan tidak melanjutkan proses ta'aruf.

Setelah 'sober' dari rasa galau, saya mulai berpikir dan merunut kesalahan-kesalahan yang mungkin memang dirasa terjadi karena kekhilafan, yang menyebabkan dia enggan meneruskan. Saya tersadar dari foto selfie yang saya pasang di Path. Dan bersamaan itu salah seorang sahabat di Path bercerita bahwa ia tidak mau memasang foto aslinya lagi. Saya kepo sama sahabat saya itu. Saya buka instagramnya dan tulisan-tulisannya buat saya tersadar (padahal aslinya ganteng lho. Tapi dia nggak mau ambil resiko panjang karena dia sadar itu akan membuat dosa). Dan saya juga ingat sama tulisan Ust. Felix Siauw mengenai selfie. Berikut sedikit kutipan yang ambil dari website pak Ustadz:

selfie itu kebanyakan berujung pada TAKABBUR, RIYA, sedikitnya UJUB
buat cewek apalagi cowok, lebih baik hindari yang namanya foto selfie, nggak ada manfaatnya banyak mudharatnya
bila kita berfoto selfie lalu takjub dengan hasil foto itu, bahkan mencari-cari pose terbaik dengan foto itu, lalu mengagumi hasilnya, mengagumi diri sendiri, maka khawatir itu termasuk UJUB
bila kita berfoto selfie lalu mengunggah di media sosial, lalu berharap ianya di-komen, di-like, di-view atau apalah, bahkan kita merasa senang ketika mendapatkan apresiasi, lalu ber-selfie ria dengan alasan ingin mengunggahnya sehingga jadi semisal seleb, maka kita masuk dalam perangkap RIYA
bila kita berfoto selfie, lalu dengannya kita membanding-bandingkan dengan orang lainnya, merasa lebih baik dari yang lain karenanya, merasa lebih hebat karenanya, jatuhlah kita pada hal yang paling buruk yaitu TAKABBUR
ketiganya mematikan hati, membakar habis amal, dan membuatnya layu bahkan sebelum ia mekar

Dan seterusnya. Untuk lebih lanjut bahasan selfie bisa dilihat di sini.
Astaghfirullah..... ternyata apa yang saya lakukan itu salah. Niat hati ingin terlihat beda namun pada akhirnya saya sendiri yang membuat celaka. Pertemuan dengan lelaki itu alhamdulillah telah membuka hati saya bahwa selfie yang saya lakukan benar mudharat hasilnya. Saya seharusnya berterima kasih kepada lelaki itu kalau tidak saya masih merasa ujub dengan tampilan cantik diri sendiri dan mempostingnya lebih banyak. 
Semoga teman-teman yang masih suka selfie, apalagi muslimah dijaga baik-baik ya kesuciannya. Kesucian bukan hanya dari kemaluan fisik, namun khazanah seorang muslimah. Inti dari seorang muslimah. Kita tidak tahu apa yang dilihat para lelaki yang mengagumi kecantikan fisik kita, apakah hanya sekedar penyegar mata atau benar-benar menjadi penyegar nafsu birahi sebagai pelampiasan? Maaf lho kalau tulisannya sedikit vulgar. Saya pernah dapat info dari teman soal JKT48. Di teater yang mereka miliki juga dijual merchandise para member grup idol yang masih satu keluarga dengan AKB48 dari Jepang. Banyak kejadian para wota (die hard fans JKT48) membeli foto-foto para member dan menjadikannya sebagai (maaf) bahan untuk masturbasi. Bayangkan kalau foto member grup idol itu adalah kamu, diambil dari foto selfie yang diposting di sosmed kamu. Sebagai perempuan pasti rasanya jijik dan merasa dilecehkan! :(
Kalau belum bisa langsung stop no-selfie di sosmed, pelan-pelan saja seperti berfoto bersama dengan teman-teman yang banyak. Kalau ingin foto baju, wajahnya mungkin bisa di-blur. Banyak teman-teman sudah melakukan hal ini. Seperti foto bio saya di sebelah post... dimacem-macemin dengan template yang aneh-aneh ;D Teman-teman dekat saya sudah tahu kalau saya enggak suka foto muka. Kalaupun foto muka pasti dianeh-anehin. hehehe..... Atau cari sendiri tips yang mungkin pas dengan caramu sendiri.

P.S: cek Instagram sahabat sholeh saya yang menyadarkan anti selfie & pastinya bikin kamu bisa termotivasi di sini !

Monday, January 11, 2016

Midnight Monday Vol. 1



Hello!!

Dulu aku pernah punya lini aksesoris namanya Lady Locker. Tapi sekarang aku punya yang baru namanya Midnight Monday!

Alhamdulillah, Midnight Monday sudah masuk bulan ke dua dari sejak tanggal pembuatan yaitu di tanggal 18 November 2015 lalu. Pendirinya adalah saya dan sahabat namanya Annona. 

Nah, koleksi perdana ini kita luncurkan bersamaan dengan malam puncak penobatan Miss KidZania 2015 pada tanggal 20 Desember 2015. Volume 1 kita beri nama Sweet Safari, terinspirasi dari koleksi aksesoris dengan tren binatang dipadu dengan manisnya warna-warni yang juga terilhami oleh indahnya taman konservasi di seluruh dunia.

Lihat cuplikannya yuk!

















Btari Keshya Valerie, Miss KidZania 2013 juga mengenakan aksesoris dari Midnight Monday lho. 









Nah ini cuplikan dari Vol. 1.. :)


Buat lebih lengkapnya sila mampir ke tokonya yaa! Di:
facebook fanpage : Midnight Monday 
Instagram : @midnightmonday.id



Tausiyah Cinta the Movie

Bagaimana caranya menjelaskan rindu kepada seseorang yang entah siapa dan di mana saat ini.

Untukmu yang jauh di sana, terkadang mata ini iri kepada hati, karena kau ada di hatiku namun tidak tampak di mataku.

Aku tidak memiliki alasan pasti mengapa sampai saat ini masih ingin menunggumu, meski kau tak pernah meminta untuk ditunggu dan diharapkan.

Hati ini meyakini bahwa kau ada, meski entah di belahan bumi mana.

Yang aku tahu, kelak aku akan menyempurnakan hidupku denganmu, di sini, di sisiku.

Maka, saat hatiku telah mengenal fitrahnya, aku akan berusaha mencintaimu dengan cara yang dicintai-Nya.

Sekalipun kita belum pernah bertemu, mungkin saat ini kita tengah melihat langit yang sama, tersenyum menatap rembulan yang sama.

Di sanalah, tatapanmu dan tatapanku bertemu.

- Tausiyah Cinta 

Kutipan puisi pada halaman 94 di dalam buku bersampul manis berwarna pink origami bangau, Tausiyah Cinta inilah yang menjadi cakupan inti dari film dengan judul yang sama, Tausiyah Cinta.





Kamis tepat jam 7 malam WIB berlokasi di XXI Blok M Square, aku, Irma dan Lelly nonton bareng (no-bar) atas undangan dari Tim Bedasinema Pictures yang mengundang para bloggers untuk melihat film Tausiyah Cinta premiere. Pak Ibas yang bertugas menjadi PIC Escort untuk tamu undangan sedikit mengobrol dengan kami sebelum filmnya mulai. Beliau bilang, nanti saat nonton filmnya pasti beda. Karena kami sangat menjaga kualitas film dimulai dari para pemainnya. Saat proses produksi para pemain tidak ada yang bersentuhan, apalagi bila ada dalam satu frame. Sama sekali dijaga :) jika ada adegan pelukan pun hanyalah adegan ibu dan anak (ibu dan putri, adegan Rei dengan ibu dan Azka dengan ibu. Tapi apakah pemeran ibu dengan Azka beneran ibunya Azka-kah?).

Pada pagi hari beberapa jam sebelum pergi ke XXI, aku pasang status di Path dan tag temanku yang salah satu penulis di buku Tausiyah Cinta. Ia juga berpesan, bahwa film ini beda dengan film-film biasa yang kita tonton dengan dana milyaran. Walau dengan budget terbatas namun tetap asik ditonton.

Dan benar saja, setelah kutonton film Tausiyah Cinta ini memang beda (bukan TVone ye... ;D). Perbedaan itu ada yang positif dan negatif. Karena ada beberapa hal yang ingin ku-review dari film TC, maka aku buat dengan beberapa part.

1. Pemain
Tokoh sentral film TC ada 3. Azka Pradipta (Hamas Syahid) seorang pemuda sholeh berwajah tampan, memiliki karir cemerlang di bidang arsitek, sedikit perfeksionis. Keimanannya diuji ketika musibah secara beruntun datang menerpanya. Lefan Aurino (Rendy Herpy), pebisnis muda yang sudah hidup dengan mapan, hadir dari keluarga salah komunikasi menyebabkan ia bertanya-tanya tentang kearifan Tuhan. Dan Kareina Zahra (Ressa Rere), muslimah yang masih mahasiswi dengan prestasi gemilang, bercita-cita ingin membahagiakan orang tuanya dengan menikah. Kualitas pemain utama cukup bagus. Akting natural dari Ressa Rere sebagai mahasiswi cukup meyakinkan. Namun sedikit over pada Rendy Herpy yang berakting laiknya drama televisi kebanyakan. In my words, "Too much drama". Hamas Syahid juga masih terlihat kaku di beberapa scene. Bagian favorit yang bisa kamu ingat terus ada pada scene Hamas sedang menghapal surat namun tidak selesai dan dibantu oleh para jemaat yang sedang mendengarkan hingga selesai (FYI, ternyata Ustadz kembar 3 itu jadi cameo, and nailed it pump up the tension! ;) )
Pemain tambahan ada pada Afian (Zaky ZR), pemuda sederhana dengan keahliannya di bidang menulis buku-buku tentang Islam menginginkan impiannya untuksegera menikah, namun terganjal dengan kesehatan orang tuanya. Akting Zaky cukup bagus, laiknya ikhwan dengan rasa gugup saat bertemu akhwat, apalagi berani meminang.




Yang cukup mengherankan, akting yang menonjol ada pada tokoh teman sekantor Azka (lupa namanya & tokohnya siapa...) yang sedikit menyebalkan bikin kesel penonton. Aktingnya sebagai orang nyebelin terlihat bagus dan seperti sudah biasa tampil di depan kamera. Orang bilang antagonis itu memang seru, dan dia berhasil nunjukkin itu.
Selebihnya aktor-aktor senior yang malah menjadi sisipan 'mengejutkan' di tengah-tengah film. Seperti Irwansyah sebagai Fattih, teman Azka dari Jerman, Peggy Melati Sukma sebagai ibu Kareina dan Seffira Meyda sebagai Bu Aufa. Tanpa banyak komentar, akting mereka tidak perlu dikhawatirkan walau hanya sebagai pendukung.

2. Cerita
Kisah film TC berdasarkan puisi pada buku pertama yang berjudul sama (puisi yang telah ditulis di atas). Dari segi cerita cukup kuat karena tidak lepas dari Al-Qur'an sebagai pedoman. Mengambil dari sisi manusia yang mencari cinta sejati, namun tak lepas dari syariat Islam. Sebagaimana kita tahu bahwa dalam Islam tidak ada yang namanya pacaran. Lalu, bagaimana kalau kita enggak pacaran terus gimana kita bakalan menikah? Yap, film ini mendobrak stigma masyarakat yang--walau sudah mulai sedikit demi sedikit terbuka dengan syariat Islam--masih tabu dalam pencarian kisah cinta dalam Islam. Dari rasa yang mulai tumbuh, lalu khitbah hingga pada proses ta'aruf yang sesuai syariat. Penonton akan sedikit dikejutkan dengan plot twist yang terjadi pada tengah hingga akhir kisah. Plot omnibus juga menjadi poin penting sebagai daya tarik film TC. Namun sebuah film tiada yang sempurna. Beberapa kejanggalan jelas terasa di beberapa adegan. Misal, saat Lefan mendapat telepon dari salah seorang sahabat yang berada di luar negeri, which is clue-nya dari kode telepon yang terpampang di layar telepon. Which is I know it's from UK, because the code is +44. Namun sayangnya tidak dijelaskan pada percakapan di telepon. Tidak ada sisipan detil mengenai sahabat berada di lokasi mana, cuaca apa, lagi apa, pekerjaan apa... yang terjadi adalah langsungnya Lefan mengajak dugem. Wait--wait, where's waldo? *over confuse*

Overall, dari beberapa bloopers cerita tetap puitis seperti puisinya. Manis dan hayati.

Dan terus yang kulihat di poster Kareina selalu memegang panahan. Apakah ia seorang pemanah? Kenapa aku nggak sadar itu di mention di filmnya ya? Atau aku lagi tidur saat adegan panahan itu? Somebody please tell meeee...... T,T

3. Sinematografi & Sound
Nah ini yang paling krusial. Aku bukan orang film, namun penikmat film. Dan penikmat film, butuh kemanjaan mata pada pengambilan gambar adegan-adegan. Pada awal-awal film terasa seperti masih amatir dengan pengambilan gambar terlalu zoom in pada wajah seperti sinetron (untungnya gak di zoom out terus balik lagi ke zoom in, terus zoom out.... terus zoom in.... *auk amat*). Pengambilan shot seperti fokus pada wajah mengaburkan fokus cerita dan layar belakang, seperti dia lagi dimana tadi ya?. Seperti pengambilan wajah Azka dan Lefan terlalu berlebihan. Yaaassss mama we know they are beautiful handsome men. Tapi ingat loh kak, ini kan film Islam yang syar'i. Dengan adanya zoom in pada Azka dan Lefan bikin penonton akhwat terkadang senyum-senyum sendiri, Masya Allah.... ada baiknya dihindari atau dikurangi supaya mata para akhwat jangan terlalu dimanja berlebihan oleh ketampanan para pemain. Beberapa gambar juga kadang diambil secara paksa dan perpindahannya kurang halus. Tapi adegan favoritku ada pada shot story Kareina berbusana gamis diiringi puisi. Emosi penonton diajak mendayu dan terhanyut dengan perjalanan pencarian cinta ketiganya. Sound. Untuk sound/suara agak sedikit mengganggu. Lagu-lagu soundtrack terasa sedikit 'dipaksa' masuk ke adegan. Padahal hanya alunan instrumen dari musiknya pastilah terasa cukup manis dan pas. Terkadang musiknya datang terlalu kencang, lalu terlalu kecil, lalu berhenti mendadak tanpa adanya shufflin' dengan adegan berikutnya. Kadang emosi penonton yang sudah oke jadi mood swing yang penuh apostrof (halah!).

4. Pakaian & Tata Rias
Sesuai syariat Islam dan profesional pada tempatnya. Lefan si pebisnis muda pas dengan tampilan yang clean cut dan eksklusif. Busana muslim Kareina juga tidak berlebihan maupun kurang. Pas dan menunjukkan sosok Muslimah yang sholehah. Untuk tata rias beberapa scene terlihat tampilan Azka dan Lefan dengan bedak yang terlalu tebal dan kurang natural. Bagi yang tahu dengan adegan musibah Azka pasti memperhatikan luka di wajah Azka. Ini cukup menarik karena luka pada wajah Azka diperhatikan dengan detil. Seperti proses dari luka basah hingga menjadi kering lalu menjadi goresan/scar yang membekas. 

Ini sih bukan review ya, tapi kritik film ;) 
Tapi dimana ada karya pasti ada kritik dan saran membangun. Sepenuhnya tulisanku ini adalah perhatian penonton yang menginginkan adanya film-film serupa, namun kedepannya menjadi lebih baik lagi walau ada satu-dua hal yang menghalangi. Namun apalah saya yang bukan siapa-siapa :) 
Seperti kutipan dari hadis, jika bergantung pada manusia yang ada hanyalah kekecewaan semata. Sedangkan jika mengandalkan Allah dalam hidup, niscaya tenteram hidup ini. 

So overall, Tausiyah Cinta tontonan menarik yang nggak boleh dilewatin bulan ini. Mari kita hijrah dan jemput cinta-Nya dengan jalan yang Ia kehendaki. 

Seperti kutipan ayat yang terkandung di Q.S An-Nur; 26:
"Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik."

Semangat untuk Bedasinema Pictures & TC crews! Teruslah berdakwah tanpa lelah.